Main Article Content

Abstract

PDAM adalah perusahaan yang melakukan pengolahan air baku untuk mendapatkan air bersih yang berkualitas dan aman. Air bersih yang berkualitas adalah air yang telah lulus uji dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/Menkes/PER/VI/2010 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010. Untuk mendapatkan air yang lulus uji perlu dilakukannya pengolahan air baku yang melalui unit kanal, prasedimentasi, koagulasi-flokulasi, clearator, clarifier dan filtrasi. Namun dikarenakan adanya sebuah kendala pada unit tersebut dapat menyebabkan unit pengolahan tidak berjalan secara optimal, meskipun tetap memenuhi persyaratan uji parameter. Salah satu unit di IPAM yang memiliki kendala yaitu unit clearator dan clarifier. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mengevaluasi kinerja unitclearator daan clarifier untuk mendapatkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas air bersih. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan pengamatan hasil parameter kekeruhannya selama 3 minggu dalam bentuk persentase. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor yang berdampak pada kinerja unit clarifier dan clearator, termasuk lamanya waktu pengurasan, kualitas flok yang kurang optimal, serta perubahan posisi tube settler.


 


PDAM is a company that treats raw water to obtain quality and safe clean water. Clean quality water is water that has passed the test of the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 736/Menkes/PER/VI/2010 and Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 492/Menkes/PER/IV/2010. To get water that passes the test, it is necessary to treat raw water through the canal unit, prasedimentation, coagulation-flocculation, clearator, clarifier and filtration. However, due to an obstacle in the unit, it can cause the treatment unit to not run optimally, even though it still meets the parameter test requirements. One of the units in IPAM that has constraints is the clearator and clarifier unit. Therefore, the purpose of this study is to analyze and evaluate the performance of the clearator and clarifier units to obtain factors that can improve the quality of clean water. The method used in this study is to observe the results of the turbidity parameter for 3 weeks in percentage form. The results obtained in this study are that there are several factors that have an impact on the performance of the clarifier and clearator units, including the length of drain time, suboptimal floc quality, and changes in the position of the settler tube.

Keywords

air bersih air baku pengelolahan

Article Details

How to Cite
Putri, N. N. A., & Aussie Amalia. (2024). Analisis Kinerja dan Evaluasi Unit Clearator dan Clarifier di PDAM Surya Sembada Surabaya. Jurnal TESLINK : Teknik Sipil Dan Lingkungan, 6(1), 62-68. https://doi.org/10.52005/teslink.v6i1.318

References

  1. [1] Alivia Dewanty Maharani, D. (2017). Pengaruh Variansi Bentuk dan Diameter Tube Settler Terhadap Efisiensi Penyisihan TSS Pada Reaktorsedimentasi Rectangular. 282.
  2. [2] Anggarani, B. O. (2015). Peningkatan Efektifitas Proses Koagulasi-Flokulasi Dengan Coagulation-Flocculation Process Using Aluminium Sulphate and. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 6.
  3. [3] Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tetang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. Nomor 736/Menkes/Per/vi/2010. In Peraturan Menteri Kesehatan (pp. 1–25).
  4. [4] Muhajar, ulkifli T. (2020). Pengaruh Ketebalan Media Dan Waktu Filtrasi Terhadap Pengolahan Limbah Rumah Tangga. . . Jurnal Teknik Its. 5(2): 144-149., 1–90.
  5. [5] Novirina, Hendrasarie, Setiyo, T., & Rini. (2001). Tube Settler Sebagai Alternatif Penyisihan Kekeruhan Pada Proses Sedimentasi. Aksial : Majalah Ilmiah Teknik Sipil, 03(03), 149–154.
  6. [6] Permenkes RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. In Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia (p. MENKES).
  7. [7] Risdianto, D. (2007). Optimisasi Proses Koagulasi Flokulasi Untuk Pengolahan Air Limbah Industri Jamu (Studi Kasus PT. SIDO MUNCUL ). Teknik Kimia, UNDIP, 1–156.